Bye Bye Resesi, Indonesia Siap Menatap Ekonomi 2022

- 23 Agustus 2021, 11:00 WIB
Ilustrasi percepatan ekonomi dalam hadapi resesi.
Ilustrasi percepatan ekonomi dalam hadapi resesi. /Pixabay/@geralt

Pedoman Tangerang - Saat lonjakan Covid-19 pada bulan Mei 2021, Indonesia juga harus menerima sektor ekonomi bakal resesi. Dilansir Badan Pusat Statistik (BPS). Laporan, produk domestik bruto (PDB) RI pada kuartal I/2020 minus 0,74 persen (year on year/yoy). Dengan demikian perekonomian Indonesia berada dalam fase resesi. 

Adapun secara kuartalan, ekonomi tumbuh sebesar minus 0,96 persen secara kuartalan (quarter to quarter/qtq). Dibandingkan kuartal IV/2020, realisasi pertumbuhan ekonomi tersebut membaik.

Seperti diketahui, selama 3 kuartal terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami resesi. Kuartal IV/2020, ekonomi Indonesia masih mengalami kontraksi 2,19 persen.

Baca Juga: Banyak Pinjol Ilegal Dikuasai Asing, Fraksi Gerindra Minta Polisi Bertindak Tegas

Namun, hal itu telah dilalui Indonesia. Pada Agustus 2021, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2021 sebesar 7,07%. Ini artinya Indonesia resmi keluar dari resesi ekonomi akibat pandemi COVID-19.

Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan besaran produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 4.175,8 triliun. Sedangkan jika dilihat dari harga konstan PDB kuartal II-2021 Rp 2.772,8 triliun.

"Jika dihitung pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2021 dibanding kuartal I-2021 tumbuh 3,31%. Sedangkan jika dibandingkan kuartal II-2020 atau pertumbuhan secara tahunan 7,07%," jelas dia dalam konferensi pers virtual, Kamis 5 Agustus 2021.

Memang, tahun lalu Indonesia masuk ke dalam jurang resesi akibat ekonomi yang terkontraksi selama dua kuartal berturut-turut. Walaupun sudah tumbuh positif dan keluar dari zona resesi, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan Indonesia masih harus tetap waspada. Hal ini karena COVID-19 varian delta masih menyerang di sejumlah sektor yang daya tahannya kurang akibat COVID-19.

 "Kewaspadaan kita masih sangat tinggi terutama karena kita lihat masih ada sektor yang akan terpengaruh karena adanya COVID-19 secara sangat tidak proporsional. Ada sektor yang memiliki resiliensi yang lebih tinggi dan oleh karena itu kita berharap akan terus terjaga," kata Sri Mulyani.

Baca Juga: Asosiasi: Kenaikan Cukai Rokok di Tengah Pandemi akan Memperpuruk Industri

Halaman:

Editor: Rahman Sugidiyanto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah