Legislator Golkar Sampaikan Strategi untuk Pacu Pemulihan Ekonomi Kepri

- 12 Juni 2021, 23:00 WIB
Anggota Komisi XI DPR Fraksi Golkar, Puteri Anetta Komarudin.
Anggota Komisi XI DPR Fraksi Golkar, Puteri Anetta Komarudin. /Foto: Dok. Golkar.

Pedoman Tangerang - Sebagai wilayah yang secara geografis berhadapan langsung dengan Singapura, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) memiliki peran strategis dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan investasi di Indonesia.

Sayangnya akibat pandemi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi daerah tersebut mengalami pelemahan menjadi negatif 3,8 persen (yoy) sepanjang tahun 2020.

Untuk itu, Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Partai Golkar Puteri Anetta Komarudin sampaikan sejumlah strategi untuk memacu pemulihan ekonomi Kepri.

“Kita perlu mengoptimalkan peran pusat-pusat investasi seperti Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) Batam-Bintan-Karimun maupun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Galang Batang, serta mendorong percepatan pembangunan 2 (dua) KEK lainnya yang baru ditetapkan, yaitu KEK Nongsa Digital Park serta KEK Batam Aero Technic,” ujar Puteri saat Kunjungan Kerja Komisi XI DPR RI di Kota Batam, Jumat, 11 Juni 2021.

Baca Juga: Ketum Golkar Airlangga Hartarto Didatangi Dubes China

Senada dengan hal tersebut, Gubernur Provinsi Kepri Ansar Ahmad mengaku optimis peran kawasan strategis di Provinsi Kepri tidak hanya mampu mengungkit pertumbuhan ekonomi di wilayahnya, tetapi juga perekonomian nasional.

“Kita juga memiliki potensi pariwisata di Nongsa dan Bintan. Kita akan terus dorong dengan mengupayakan kebijakan travel bubble. Kita sedang bahas secara intensif dengan melibatkan Pemerintah dan Pemerintah Singapura. Mudah-mudahan bulan juni ini, kebijakan travel bubble ini bisa dimulai. Karena saat ini kita juga sedang mengejar target vaksinasi,” ujar Ansar.

Pada kesempatan yang sama, Puteri pun meminta agar implementasi Batam Logistics Ecosystem (BLE), yang merupakan bagian dari pengembangan National Logistics Ecosystem (NLE) dapat dimaksimalkan.

“Kita juga perlu pastikan agar kawasan-kawasan strategis yang telah saya sebutkan tadi dapat terhubung dalam ekosistem ini untuk memberikan pelayanan yang lebih efisiensi, baik dalam hal prosedural hingga biaya logistik. Apalagi sekarang, biaya logistik kita masih relatif tinggi yaitu 23,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) dibandingkan negara terdekat, seperti Malaysia, yang berada di kisaran 13 persen PDB,” urai Puteri.

Halaman:

Editor: Alfin Pulungan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah