Jelang Pemilu, Pengamat Merasa Anak Muda Masih Butuh Edukasi Soal Pemilu

- 15 Februari 2023, 12:30 WIB
Ilustrasi - Pemilu atau Pemilihan Umum untuk memilih anggota legislatif dan presiden akan dilakukan serempak tahun depan
Ilustrasi - Pemilu atau Pemilihan Umum untuk memilih anggota legislatif dan presiden akan dilakukan serempak tahun depan /Freepik

Pedoman Tangerang - Pada tanggal 14 Februari 2023, The Indonesian Institute: Center for Public Policy Research (TII) mengadakan sebuah diskusi daring melalui platform Instagram dengan judul, “Satu Tahun Menjelang Pemilu Serentak Tahun 2024”. Diskusi ini menghadirkan Arfianto Purbolaksono, Manajer Riset dan Program TII dan Anwar Razak, Koordinator Wilayah Jabodetabek, KOPEL Indonesia. 

Membuka diskusi, Arfianto mengatakan jelang satu tahun pencoblosan suara masih banyak anak muda yang membutuhkan informasi terkait penyelenggaraan pemilu. Hal ini berdasarkan temuan angket TII yang dilakukan pada Desember 2022, dimana 41.46 persen responden anak muda membutuhkan informasi terkait penyelenggaraan Pemilu.

Lebih lanjut Arfianto mengatakan, anak muda membutuhkan informasi terkait penyelenggaraan Pemilu, dari tata cara hingga informasi TPS kelompok disabilitas. Kondisi ini menggambarkan bahwa sosialisasi dari penyelenggara Pemilu, khususnya Komisi Pemilihan Umum (KPU) masih belum berjalan secara optimal untuk menjangkau anak muda.

Mengomentari temuan TII tersebut, Anwar Razak mengatakan bahwa diskusi mengenai persepsi anak muda menjadi penting dan menarik untuk dikaji dan di diskusikan. Saat ini, anak muda tengah mencari sosok yang terbaik yang akan mereka pilih nantinya. Semakin mendekati Pemilu, anak muda semakin gelisah karena begitu beragamnya pilihan.

Catatan penting dari Anwar adalah terkait disinformasi yang menjadi persoalan menjelang pemilu serentak tahun 2024 mendatang. Untuk mengatasi persoalan disinformasi, menurut Anwar solusinya adalah keterbukaan informasi publik. Yang menjadi persoalan adalah penyelenggara pemilu masih terkesan setengah hati untuk membuka informasi tersebut. Sebagai contoh, kasus dugaan kecurangan soal adanya partai politik yang tidak lolos verifikasi faktual. Kecurigaan publik dapat dihindari jika Sipol dapat diakses secara dibuka.

Menutup diskusi, Arfianto mengatakan bahwa jika integritas pemilu tidak dijaga, lalu membiasakan hal-hal yang salah, bukan tidak mungkin kedepannya anak muda akan tidak percaya pada demokrasi. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk mendorong agar pemilu bisa berjalan dengan baik.

Meski demikian, Arfianto mengatakan bahwa salah satu tantangan paling penting untuk dilakukan penyelenggara pemilu saat ini adalah untuk meningkatkan serta menjaga kepercayaan publik terhadap pemilu. Hal ini bisa dilakukan dengan cara keterbukaan dan transparansi.***

Editor: R. Adi Surya


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x