Network
Pedoman Tangerang - Lagi dan lagi kabar duka menyelimut jagat industri tanah air pada awal November ini. Frasa November Rain seolah mewujudkan hujan yang nyata.
Selain dikejutkan dengan kabar kecelakaan Vanessa dan suaminya, industri tanah air juga dikejutkan dengan berpulangnya maestro legendaris, Irwansyah Harahap.
Kabar duka tersebut dibenarkan oleh Humas Universitas Sumatera Utara (USU) Amalia Mutie saat dikonfirmasi melalui via selular. Sang legenda meninggal dunia sekitar pukul 03.00 WIB, Kamis di RSUP Adam Malik Medan.
Irwansyah Harahap merupakan seorang Maestro Musik Etnik Indonesia yang cukup terkenal dan paling banyak mendapatkan Fasilitas Bidang Kebudayaan (FBK) di Tahun 2020. Almarhum juga merupakan dosen Etnomusikologi di Fakultas Ilmu Budaya USU.
Almarhum lahir di Medan pada tanggal 21 Desember 1962. ia merupakan alumni Etnomusikologi (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Sumatera Utara (USU) di tahun 1983 dan Master Etnomusikologi di University of Wellington Seattle, AS.
Setelah merampungkan studi master, Irwansyah dan istrinya Rithaony Hutajulu membentuk Suarasama, kelompok musik yang memainkan karya berbasis musik tradisi dunia. Bersama Suarasama, ia melahirkan sejumlah album musik, di antaranya “Fajar di Atas Awan”, “Rites of Passages”, “Lebah” dan “Timeline”.
Ucapan duka disampaikan Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik.
Taufan dalam postingannya di akun media sosial, menyampaikan kekagumannya atas kontribusi Irwansyah Harahap dalam perkembangan seni di Sumatera Utara, hingga ke manca negara.
Mesti tak banyak dikenal oleh warga Indonesia, tetapi ia dikenal di dunia mancanegara. Sejak kuliah, ia menekuni musik seperti taganing, hasapi, dan ansambel gordang sambilan hingga ia pun berkesempatan mengikuti misi kesenian ke beberapa negara Eropa dan Asia.
Melalui Suarasama yang didirikannya, ia kerap diundang dalam berbagai festival di dalam dan luar negeri, salah satunya forum Asia Pasific Performance Exchange (APPEX) 1997 di Los Angeles, Amerika Serikat.
