Wabah Misterius Hepatitis Akut Jadi Perhatian Dunia Perlu Kewaspadaan Dini, Begini Respon Kemenkes

7 Mei 2022, 20:00 WIB
Wabah Misterius Hepatitis Akut Jadi Perhatian Dunia Perlu Kewaspadaan Dini, Begini Respon Kemenkes /Tangkapan Layar/Instagram

Pedoman Tangerang - Bagi semua masyarakat khususnya orangtua tetap waspada dan jaga kesehatan.

Sebab, baru-baru ini sedang ramai di semua negara adanya kasus wabah baru yang mengancam kesehatan anak-anak.

Wabah hepatitis akut atau hepatitis misterius saat ini sedang menghantui kesehatan anak-anak.

Baca Juga: Viral! Video Polisi yang Hilang Sudah Ditemukan Tanpa Busana di Gunung Keramat, Maluku Tengah

Banyaknya kasus anak-anak di seluruh dunia yang terjangkit hepatitis menjadi perhatian masyarakat luas.

Sebab kasus hepatitis akut menyerang anak-anak secara misterius.

Wabah hepatitis akut telah dilaporkan setidaknya 20 negara menurut WHO. Adapun total kasusnya mencapai 228 kasus.

Di Indonesia, 3 orang anak meninggal dunia setelah menunjukkan gejala antara lain mual, muntah, diare, demam, sakit kuning, kejang, dan kehilangan kesadaran.

Apa penyebab hepatitis akut pada anak?

Penyebab hepatitis akut pada anak

Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastro Hepatologi RSCM FK UI Hanifah Oswari mengatakan, dugaan awal penyebab hepatitis akut pada anak-anak tersebut yakni adenovirus, SARS CoV-2, virus ABV, dan lain-lain.

Sebagai langkah pencegahan, pihaknya menyarankan kepada para orangtua agar meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan tindakan pencegahan.

“Untuk mencegah dari saluran pencernaan, jagalah kebersihan dengan cara mencuci tangan dengan sabun, memastikan makanan atau minuman yang dikonsumsi itu matang, tidak menggunakan alat-alat makan bersama dengan orang lain serta menghindari kontak anak-anak kita dari orang yang sakit agar anak-anak kita tetap sehat,” ujarnya, Dikutip tim Pedoman Tangerang dari laman Kemenkes 6 Mei 2022.

Secara umum, imbuhnya gejala awal penyakit hepatitis akut adalah mual, muntah, sakit perut, diare, kadang disertai demam ringan. 

Selanjutnya, gejala akan semakin berat seperti air kencing berwarna pekat seperti teh dan BAB berwarna putih pucat.

Jika anak mengalami gejala-gejala tersebut, orangtua diminta segera memeriksakan anak ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan diagnosis awal.

Jangan menunggu hingga muncul gejala kuning bahkan sampai penurunan kesadaran. 

Karena kondisi tersebut menunjukkan bahwa infeksi Hepatitis sudah sangat berat.

"Jika terlambat mendapatkan penanganan medis, maka momentum dokter untuk menolong pasien sangat kecil," pungkasnya.

Lantas, bagaimana respons Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terkait adanya wabah hepatitis akut tersebut?

Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr Siti Nadia Tarmizi menjelaskan, pihaknya sudah mengimbau kepada seluruh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten/Kota untuk mewaspadai mengenai adanya kasus serupa di Indonesia.

“Ada surat edaran kewaspadaan (kepada Dinkes Kabupaten/Kota),” Jumat 29 April 2022.

Perlunya kewaspadaan dini 

Adapun edaran tersebut merupakan Surat Edaran Nomor HK.02.02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan Terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut Yang Tidak Diketahui Etiologinya.

Dalam edaran yang ditandatangani Direktur Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit dr Maxi Rein Rondonuwu tersebut, terdapat sejumlah imbauan yang dikeluarkan Kemenkes kepada Dinkes Provinsi/Kabupaten/Kota, Kantor Kesehatan Pelabuhan, Laboratorium Kesehatan Masyarakat dan Rumah Sakit.

Para pemangku kepentingan diminta melakukan kewaspadaan dini penemuan kasus hepatitis akut yang tidak diketahui asalnya tersebut.

Adapun untuk Dinkes Provinsi dan Kabupaten/Kota diminta untuk:

Memantau dan melaporkan kasus sindrom jaundice akut di Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR), dengan gejala yang ditandai dengan kulit dan sklera berwarna ikterik atau kuning dan urin berwarna gelap yang timbul secara mendadak.

Memberikan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada masyarakat serta upaya pencegahannya melalui penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Menginformasikan kepada masyarakat untuk segera mengunjungi Fasilitas Layanan Kesehatan (Fasyankes) terdekat apabila mengalami sindrom jaundice.

Membangun dan memperkuat jejaring kerja surveilans dengan lintas program dan lintas sektor terutama Dinas Pendidikan, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi, dan/atau Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.

Segera memberikan notifikasi apabila terjadi peningkatan kasus sindrom jaundice akut maupun menemukan kasus sesuai definisi operasional kepada Dirjen P2P melalui Public Health Emergency Operation Centre (PHEOC) melalui Telepon/ WhatsApp 0877-7759-1097, atau e-mail: poskoklb@yahoo.com.

Menindaklanjuti laporan kasus dari fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) dengan melakukan investigasi untuk mencari kasus tambahan.

Dalam edaran tersebut juga dijelaskan bahwa saat ini WHO telah menerima laporan pada 5 April 2022 dari Inggris Raya mengenai adanya 10 kasus hepatitis akut yang tidak diketahui asal-usulnya pada anak-anak usia 11 bulan sampai 5 tahun pada periode Januari-Maret 2022.

Adapun sejak resmi dipublikasikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh WHO pada 15 April 2022 kasus bertambah.

Penyebab penyakit belum diketahui

Adapun gejala klinis yang teridentifikasi yakni hepatitis akut dengan peningkatan enzim hati, syndrome jaundice akut dan gejala gastrointestinal (nyeri abdomen, diare, dan muntah-muntah).

Adapun sebagian besar kasus tidak ditemukan adanya gejala demam.

Kemenkes dalam edaran tersebut menerangkan bahwa penyebab penyakit masih belum diketahui.

Di mana dari pemeriksaan laboratorium virus hepatitis tipe A, B, C, D, dan E tidak ditemukan sebagai penyebab dari penyakit tersebut.

Namun adenovirus terdeteksi pada 74 kasus setelah dilakukan tes molekuler, dan teridentifikasi sebagai F type 41.

Sementara itu, SARS-CoV-2 juga ditemukan pada 20 kasus, sedangkan 19 kasus terdeteksi adanya koinfeksi SARS-CoV-2 dan adenovirus.***

Editor: Araf Mukhtar

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler