Teks Khutbah Jum’at: Janganlah Meremehkan Orang Lain

- 1 Desember 2023, 06:00 WIB
Teks Khutbah Jum’at: Janganlah Meremehkan Orang Lain
Teks Khutbah Jum’at: Janganlah Meremehkan Orang Lain /(foto ilustrasi) Freepik/desEYEns

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Hujjatul Islam Abu Hamid al-Ghazali dalam kitab Bidayatul Hidayah memberikan lima tips bagi kita semua agar tidak meremehkan orang lain dalam keadaan seperti apa pun, baik pada yang lebih tua, muda, beda suku dan budaya, beda nasab, bahkan pada non-muslim sekali pun.

Cara pertama, Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa jika kita bertemu dengan orang yang lebih muda, maka katakanlah dalam hati bahwa kemaksiatan dan dosa yang ia lakukan lebih sedikit dari maksiat dan dosa yang pernah kita perbuat, maka sudah pasti dia lebih baik dan lebih mulia dari kita.

Cara kedua ketika bertemu dengan orang yang lebih tua, maka kita harus yakin bahwa ibadah dan kebaikan yang ia lakukan lebih banyak dari ibadah dan kebaikan kita. Dengan demikian, tentu ia juga lebih baik dan lebih mulia dari kita.

Cara ketiga, ketika melihat orang yang berilmu, maka katakanlah dalam hati bahwa ia sudah mendapatkan kemuliaan dan anugerah dari Allah berupa pengetahuan, dan semua ibadah dan perbuatannya akan berlandaskan ilmu, tentu ia lebih baik dan lebih mulia dari kita.

Cara keempat yaitu ketika bertemu dengan orang bodoh, maka katakanlah dalam hati bahwa jika ia melakukan kesalahan maka pada hakikatnya kesalahan itu disebabkan ketidaktahuannya, sementara kita melakukan kesalahan disertai pengetahuan, tentu ia juga lebih baik dari kita.

Tidak hanya itu, bahkan cara kelima kita juga tidak boleh meremehkan orang yang tidak seagama dengan kita. Caranya adalah ketika kita bertemu dengan mereka, maka katakan dalam hati bahwa tidak ada yang tahu pada akhir hayat setiap orang, bisa jadi ia akan masuk Islam dan semua dosa-dosanya akan diampuni oleh Allah, dan bisa juga kita akan tersesat dan mati dalam keadaan su’ul kahtimah, naudzubillah,

وَإِنْ كَانَ كَافِرًا قُلْتَ: لَا أَدْرِي، عَسَى أَنْ يُسْلَمَ وَيُخْتَمَ لَهُ بِخَيْرِ الْعَمَلِ، وَيَنْسَلَ بِإِسْلَامِهِ مِنَ الذُّنُوْبِ. وَأَمَّا أَنَا – وَالْعِيَاذُ بِاللهِ – فَعَسَى أَنْ يُضِلَّنِي اللهُ فَأَكْفُرُ فَيُخْتَمُ لِي بِشَرِّ الْعَمَلِ فَيَكُوْنُ غَدًا هُوَ مِنَ الْمُقَرَّبِيْنَ وَأَنَا مِنَ الْمُبَعَّدِيْنَ

Artinya, “Dan jika bertemu dengan orang kafir, maka katakanlah: Aku tidak tahu, bisa jadi ia akan masuk Islam dan mati dalam keadaan husnul khatimah, dengan Islamnya semua dosa-dosanya akan terhapus. Sedangkan aku, bisa saja Allah membuatku tersesat, akhirnya menjadi kafir, kemudian pekerjaanku dicatat sebagai paling jeleknya perbuatan. Maka kelak (di akhirat) dia akan menjadi bagian orang-orang yang istimewa (masuk surga), dan aku akan menjadi bagian orang yang jauh dari Allah (masuk neraka).”

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Halaman:

Editor: Abdul Majid


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah