Khutbah Jumat Mudah, Singkat, dan Padat, Tentang Membenahi Tujuan Hidup

- 5 November 2021, 07:05 WIB
Ilustrasi masjid. Khutbah Jumat
Ilustrasi masjid. Khutbah Jumat /Pexels/Iva Prime

 

Maka dari itu, keberhasilan yang sesungguhnya bukanlah atas seberapa tinggi jabatan yang kita peroleh, banyak harta yang dikumpulkan, atau luasnya ilmu yang kita paham. Kalau pun itu tidak dilandasi dengan orientasi pengabdian kepada Allah, maka tidak berguna.

Dengan demikian keberhasilan yang sesungguhnya, yakni seberapa tinggi kita mendapatkan pengabdian kepada Allah. Kita dapat meniru kisah berikut ini:

عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: خَدَمْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ سِنِينَ بِالْمَدِينَةِ وَأَنَا غُلَامٌ لَيْسَ كُلُّ أَمْرِي كَمَا يَشْتَهِي صَاحِبِي أَنْ أَكُونَ عَلَيْهِ مَا قَالَ لِي فِيهَا أُفٍّ قَطُّ، وَمَا قَالَ لِي لِمَ فَعَلْتَ هَذَا أَوْ أَلَّا فَعَلْتَ هَذَا

Dari Anas: Saya menjadi abdi ndalem Rasulullah selama sepuluh tahun saat di Madinah. Saat itu saya masih bocah. Rasulullah tidak pernah mengucap kepada saya perkataan “heh, ah, huh, hmm” sekalipun. Dan tidak pernah mengomentari “kenapa kamu begini, kenapa kamu tidak begitu”.

Kita tahu bahwa perkataan-perkataan remeh itu dijelaskan dalam Qur’an sebagai larangan ujaran seorang anak kepada orang tuanya. Namun, hal ini dipraktikkan oleh Rasulullah kepada abdi ndalemnya.

Sangat jelas bagaimana sikap Rasul kepada Anas. Sikap Rasul kepada Anas bukan tanpa sebab, sangat dimungkinkan bahwa Anas begitu sempurna mengabdi kepada Nabi.

Sehingga Nabi begitu percaya kepadanya, sampai-sampai tidak pernah mempersoalkan apa pun yang dilakukan oleh Anas.

Semoga kita dapat menjadi manusia sukses di mata Allah, yakni selalu memproses kehidupan kita agar bernilai ibadah kepada-Nya.

 

Halaman:

Editor: R. Adi Surya


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah