Karena itu, kata Gus Muhaimin, makna hijrah perlu disesuaikan dengan konteks tersebut.
“Dalam konteks pandemi Covid-19 masih menjadi ancaman kesehatan dan sudah banyak menelan korban, hijrah harus dimaknai sebagai lompatan tradisi yang baru, misalnya kalau dulu kita tidak perlu pakai masker, maka sekarang harus pakai. Kalau dulu tidak perlu jaga jarak, maka sekarang harus jaga jarak,” pungkasnya.***