Teks Khutbah Jum’at: Menjaga Pahala Puasa

14 Maret 2024, 10:30 WIB
Teks Khutbah Jum’at: Menjaga Pahala Puasa /bpkh.go.id

Pedoman Tangerang – Khutbah Jumat adalah salah satu rangkaian yang harus dilakukan dalam melaksanakan sholat jumat. Dan menjadikan pembeda dengan sholat fardhu lainnya.

Khutbah merupakan salah satu bentuk dakwah yang dilakukan oleh seorang khatib dalam shalat Jum’at. Selain itu khutbah memiliki tujuan untuk memberikan pengajaran, nasihat, dan membimbing umat Muslim dalam menjalankan ajaran agama Islam.

Khutbah menjadi media untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan, mengingatkan umat tentang kebaikan, meluruskan pemahaman yang salah, dan memotivasi umat dalam menjalankan perintah Allah SWT.

Penyampaian bacaan khutbah Jumat oleh Khatib memiliki dua bagian yaitu khutbah pertama dan khutbah kedua disertai doa yang dipisahkan dengan duduk.

Baca Juga: Teks Khutbah Jum’at: Dua Persiapan Menyambut Datangnya Ramadhan

Berikut teks khutbah Jum’at, Menjaga Pahala Puasa

Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ

 أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وأشهدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَانَبِيّ بعدَهُ

 اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدابن عبد الله وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ في مُحْكَمِ كِتَابِهِ: وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى، وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَاب . وَقَالَ: يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُون

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah Syukur alhamdulillah mari kita tanamkan dalam hati dan kita ucapkan dengan lisan, sebagai kata kunci pertama atas segala nikmat dan karunia yang Allah swt berikan kepada kita semua, khususnya nikmat iman dan sehat.

Sehingga kita bisa terus istiqamah dalam mengerjakan ibadah wajib satu pekan satu kali ini, yaitu shalat Jumat. Semoga ibadah yang kita lakukan menjadi ibadah yang diterima oleh-Nya.

Shalawat dan salam mari kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw, allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala alihi wa sahbih, yang telah sukses menjalankan visi misi dakwahnya dalam menyebarkan ajaran Islam yang penuh dengan kedamaian dan kasih sayang.

Selanjutnya, sebagai awal dalam memulai khutbah Jumat di atas mimbar yang mulia ini, kami selaku khatib mengajak diri sendiri, keluarga, dan semua jamaah yang turut hadir pada pelaksanaan sholat Jumat ini, untuk terus berusaha meningkatkan ketakwaan kepada Alah swt dengan hakikat takwa yang sesungguhnya, dengan menjalankan semua yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi semua larangan-Nya.

Mari kita kuatkan iman, kita tingkatkan takwa, kita teguhkan akidah, dan kita upayakan istiqamah dalam diri kita untuk mengerjakan ibadah kepada Allah swt, sebab hanya dengan cara inilah kita semua akan menjadi hamba yang selamat, baik di dunia maupun di akhirat. Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an:

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الأَلْبَابِ

Artinya, “Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS Al-Baqarah [2]: 197).

Baca Juga: Teks Khutbah Jum’at: Marhaban Ya Ramadhan

Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Rukun Islam yang keempat adalah puasa. Sebagaimana rukun-rukun Islam lainnya, seperti ikrar dua kalimat syahadat, mengerjakan shalat, mengeluakan zakat, menunaikan haji, jika puasa ditunaikan sesuai dengan ketentuan yang dikehendaki Allah, maka akan menghasilkan fungsi pendidikan diri.

Dengan berpuasa, seorang Muslim berarti tengah membiasakan diri untuk menjalani berbagai akhlak utama yang berpondasikan ketakwaan kepada Allah.

Ibadah puasa adalah ibadah yang telah dipilih oleh Allah, Tuhan semesta alam, sebagai milik-Nya. Sebab, orang yang berpuasa itu tidak melakukan sesuatu, melainkan hanya meninggalkan syahwatnya (kesenangan nafsunya). Dengan puasa, ia meninggalkan hal-hal yang dicintainya, semata hanya karena cintanya kepada Allah.

Kata puasa yang dipergunakan untuk menyebutkan arti dari al-shaum dalam rukun Islam keempat ini dalam bahasa Arab disebut shoum, shiyam yang berarti puasa.

Menurut L. Mardiwarsito dalam bahasa kawi disebut “upawasa” yang berarti berpuasa. Dalam bahasa Arab dan Al-Qur’an, puasa disebut shaum atau shiyam yang berarti menahan diri dari sesuatu dan meninggalkan sesuatu atau mengendalikan diri.

Adapun ending dari berpuasa adalah agar manusia bisa menjadi lebih baik dan lebih terangkat derajat sehingga disebut sebagai orang yang bertakwa atau muttaqin. Sebagaimana firman Allah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ‏

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah/2: 183)

Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Ketika kaum muslimin melakukan ibadah puasa Ramadhan dan puasa lainnya, ada satu harapan yang diinginkan yaitu mendapat ridha Allah atau pun keinginan mendapatkan pahala. Puasa Ramadhan yang dilakukan dengan harapan besarnya memperoleh pahala yang banyak.

Pahala yang diperoleh ketika sudah berpuasa berpeluang untuk terhapus atau rusak sama sekali sehingga menjaga keutuhan pahala menjadi penting untuk dilakukan. Apa yang harus dilakukan ketika kita ingin menjaga pahala puasa kita? Ada beberapa hal yang bisa dihindari:

Baca Juga: Contoh Teks MC Safari Ramadhan Singkat, Padat dan Jelas, Cocok Untuk Gen Z

Pertama, melakukan kebohongan

Lidah tidak bertulang. Ini adalah istilah yang konotasinya seseorang gampang mengucapkan sesuatu yang pada gilirannya sampai pada titik bohong. Semua orang bisa berbuat bohong karena sangat mudah dilakukan.

Kenapa manusia berani berbuat bohong? Tentunya ada alasan-alasan yang dimiliki. Boleh jadi untuk menutupi kesalahan besar yang pernah dilakukan, mengambil atau mendapat keuntungan besar dari kebohongan yang dilakukan, membela saudara atau orang lain yang dituduh berbuat salah, dan lain sebagainya.

Allah melarang orang berbuat bohong, bahkan menganggap orang yang bohong dikategorikan orang yang tidak beriman. Allah berfirman:

اِنَّمَا يَفْتَرِى الْكَذِبَ الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِۚ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْكٰذِبُوْن

‘’Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah pembohong.’’ (QS. An-Nahl: 105)

Maka dari itu, puasa tidak hanya sebatas menahan rasa lapar, haus, dan amarah, melainkan juga menahan diri dari dosa-dosa lainnya, seperti berbohong ini.

Kedua, suka mengadu domba

Di dalam agama Islam, namimah atau tindakan mengadu domba memang haram hukumnya. Mengadu domba atau namimah sangat mungkin bisa menimbulkan permusuhan dan perpecahan, yang pada gilirannya akan memutuskan tali persaudaran dan kekeluargaan.

Sungguh berbahaya sikap adu domba jika dilakukan oleh seseorang, apa pun alasannya. Untuk itu tinggalkan jauh-jauh, jangan sampai kita melakukan adu domba. Hal ini sesuai dengan firman Allah:

وَلَا تُطِعۡ كُلَّ حَلَّافٍ مَّهِيۡنٍۙ‏ ١٠ هَمَّازٍ مَّشَّآءٍۢ بِنَمِيۡمٍۙ‏ ١١‏

“Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina yang banyak mencela, yang ke sana ke mari menghambur fitnah.” (QS. Al Qalam : 10-11).

Baca Juga: Teks Khutbah Jumat 1 Maret 2024: Tema Meningkatkan Keimanan Ditengah Musibah

Juga disampaikan dalam Surat al-Hujurat ayat 6

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS Al-Hujurat: 6)

Ketiga, suka ghibah

Ghibah atau mencari dan membicarakan kesalahan kesalahan orang lain merupakan perkara yang diharamkan oleh Allah untuk seluruh Muslim. Perilaku ghibah dapat menimbulkan permusuhan, perpecahan dan ketidakbaikan lainnya.

Semakin banyak berbuat ghibah, maka kemungkinan menimbulkan masalah yang negatif akan semakin besar. Hal ini akan menjadikan rusaknya pahala bagi orang yang sedang berpuasa. Allah berfirman:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوا اجۡتَنِبُوۡا كَثِيۡرًا مِّنَ الظَّنِّ اِنَّ بَعۡضَ الظَّنِّ اِثۡمٌۖ وَّلَا تَجَسَّسُوۡا وَلَا يَغۡتَبْ بَّعۡضُكُمۡ بَعۡضًاؕ اَ ‏يُحِبُّ اَحَدُكُمۡ اَنۡ يَّاۡكُلَ لَحۡمَ اَخِيۡهِ مَيۡتًا فَكَرِهۡتُمُوۡهُؕ وَاتَّقُوا اللّٰهَؕ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيۡمٌ

“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah kamu mencari kesalahan orang lain dan jangan di antara kalian menggunjing sebagian yang lain. Apakah di antara kalian suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kalian akan merasa jijik. Bertakwalah kalian pada Allah, sesungguhnya Allah Mahapenerima taubat dan Mahapenyayang.” (QS Al-Hujurat : 12)

Keempat, memandang dengan penuh syahwat

Memandang dengan syahwat (nafsu) bisa menghilangkan pahala puasa karena sejatinya dapat mengarahkan ke perbuatan zina. Selain itu, menjaga pandangan selama Ramadhan juga merupakan bentuk menjaga kehormatan dan menghindarkan diri dari khalwat.

Secara harfiah, khalwat diartikan sebagai tindakan berduaan dengan lawan jenis di tempat yang sepi. Dalam hadits riwayat Tirmidzi, Rasulullah pernah berkata bahwa apabila perempuan dan laki-laki berduaan di tempat sepi, maka yang ketiga di antara mereka adalah setan. Khalwat ditakutkan akan menjerumuskan ke dosa yang lebih besar seperti zina.

لَا تَقْرَبُوا الزِّنٰىٓ اِنَّهٗ كَانَ فَاحِشَةً ۗوَسَاۤءَ سَبِيْلًا ‏

“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS Al-Isra 17:32).

Baca Juga: Teks Khutbah Jum’at: Menyambut Bulan Ramadhan

Demikian khutbah yang singkat ini, semoga kita tidak, Melakukan kebohongan, Mengadu domba, Suka Berghibah, Memandang dengan penuh syahwat.

Sehingga Allah ridha dengan puasa kita dan tetap memberi pahala dari puasa kita, amin amin ya Robbal “Aalamiin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُلِلّهِ حَمْدًاكَثِيْرًاكَمَااَمَرَ. وَاَشْهَدُاَنْ لاَاِلهَ اِلاَّللهُ وَحْدَه لاَشَرِيْكَ لَهُ. اِرْغَامًالِمَنْ جَحَدَبِهِ وَكَفَرَ. وَاَشْهَدُاَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُاْلاِنْسِ وَالْبَشَرِ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ مَااتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَاُذُنٌ بِخَبَرٍ

اَمَّا بَعْدُ : فَيَااَ يُّهَاالنَّاسُ !! اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ. وَذَرُوالْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَوَمَابَطَنْ. وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Komitmen takwa kepada Allah SWT hanyalah diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang beriman.

Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa perilaku takwa akan mudah kita raih kalau kita memiliki keimanan yang kuat kepada Allah SWT.

Ketakwaan kepada Allah SWT merupakan bagian dari konsekuensi dari keimanan kita kepada-Nya. Iman tanpa diiringi perilaku takwa, yaitu berupa ihsan, maka sesungguhnya keimanan tersebut tidak sempurna adanya.

Oleh karena itu, marilah terus kita pelihara dan perkuat iman kita, dan selanjutnya diwujudkan dengan ketakwaan kita yang semaksimal mungkin, sesuai batas kemampuan yang kita miliki.

Akhirnya, marilah kita berdo’a kepada Allah SWT, dengan penuh ketundukkan dan kekhusyu’an hati, agar kita senantiasa mendapatkan ampunan, hidayah dan bimbingan-Nya.

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَلَهُ الْحَمْدُ فِي الْآخِرَةِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ اللهم صل وسلم على محمد وعلى آله محمد كما صليت وسلمت على إبراهيم وعلى آله إبراهيم فى العالمين إنك حميد مجيد.

اَللّهُمَّ اغْفِرْلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَاوَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ.

اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْمًا.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى

رَبَّنَااَتِنَافِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَالله اِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِالْعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْىِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوااللهَ الْعَظِيْمِ يذكركم وَاشْكُرُوهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُاللهِ اَكْبَرُ

Demikian teks khutbah jumat, Menjaga Pahala Puasa.***

Editor: Abdul Majid

Tags

Terkini

Terpopuler