Teks Khutbah Jum’at: Menjadi Makhluk Yang Mulia

8 September 2023, 06:00 WIB
Teks Khutbah Jum’at: Menjadi Makhluk Yang Mulia /Michael Burrows/Pexels

Pedoman Tangerang – Khutbah Jumat adalah salah satu rangkaian yang harus dilakukan dalam melaksanakan sholat jumat. Dan menjadikan pembeda dengan sholat fardhu lainnya.

Khutbah merupakan salah satu bentuk dakwah yang dilakukan oleh seorang khatib dalam shalat Jum’at. Selain itu khutbah memiliki tujuan untuk memberikan pengajaran, nasihat, dan membimbing umat Muslim dalam menjalankan ajaran agama Islam.

Khutbah menjadi media untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan, mengingatkan umat tentang kebaikan, meluruskan pemahaman yang salah, dan memotivasi umat dalam menjalankan perintah Allah SWT.

Penyampaian bacaan khutbah Jumat oleh Khatib memiliki dua bagian yaitu khutbah pertama dan khutbah kedua disertai doa yang dipisahkan dengan duduk.

Baca Juga: Teks Khutbah Jumat 7 September 2023: Meningkatkan Rasa Syukur Atas Rahmat Allah SWT yang Tiada Tara

Berikut teks khutbah Jum’at, Menjadi Makhluk Yang Mulia

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلَّهِ وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ

 أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وأشهدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَانَبِيّ بعدَهُ

 اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدابن عبد الله وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ في مُحْكَمِ كِتَابِهِ: وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى، وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَاب . وَقَالَ: يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُون

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah Syukur alhamdulillah mari kita tanamkan dalam hati dan kita ucapkan dengan lisan, sebagai kata kunci pertama atas segala nikmat dan karunia yang Allah swt berikan kepada kita semua, khususnya nikmat iman dan sehat.

Sehingga kita bisa terus istiqamah dalam mengerjakan ibadah wajib satu pekan satu kali ini, yaitu shalat Jumat. Semoga ibadah yang kita lakukan menjadi ibadah yang diterima oleh-Nya.

Shalawat dan salam mari kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw, allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala alihi wa sahbih, yang telah sukses menjalankan visi misi dakwahnya dalam menyebarkan ajaran Islam yang penuh dengan kedamaian dan kasih sayang dalam bingkai rahmatan lil ‘alamin, beserta para sahabat, keluarga, dan semua pengikutnya yang senantiasa berusaha untuk mengikuti seluruh jejak langkahnya.

Selanjutnya, melalui mimbar yang mulia ini, khatib mengajak kepada diri khatib sendiri, keluarga, dan semua jamaah yang turut hadir pada pelaksanaan salat Jumat ini, untuk terus berusaha dan berupaya dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, karena hanya dengan modal takwa, kita semua bisa menjadi hamba yang selamat di dunia dengan karunia-Nya, dan selamat di akhirat dengan rahmat-Nya.

Baca Juga: Teks Khutbah Jum’at: Selalu Berdzikir Kepada Allah

Hadirin Jamaah Jumat Rahimakumullah.

Marilah kita senantiasa meningkatkan kualitas ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan cara menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya kapanpun dan dimanapun kita berada.

Dengan satu keyakinan bahwa hanya dengan ketaqwaan itulah kita akan mendapatkan kebaikan, kebahagiaan serta keselamatan hidup di dunia dan di akhirat kelak.

Ma’asyiral Muslimin Rohimakumulloh...

Alhamdulillah, seiring dengan bertambahnya umur kita, mari kita manfaatkan umur kita ini untuk memperbaiki kualitas penghambaan kita kepada Allah SWT.

Kita tingkatkan prestasi ibadah kita, kita perbaiki kualitas ibadah kita dan semaksimal mungkin kita berusaha agar seluruh ibadah yang kita laksanakan punya dampak (atsar) terhadap perbaikan akhlak kita, baik akhlak kepada Allah dan akhlak kita kepada sesama manusia.

Hanya dengan cara yang demikianlah, umur yang Allah berikan kepada kita akan punya makna sekaligus akan menghantarkan kita kepada umat yang yang beruntung dan umat yang mulia di hadapan Allah SWT.

Baca Juga: Teks Khutbah Jum’at: Mengatasi Ketakutan dan Kesia-siaan di Bulan Safar

Ma’asyiral Muslimin Rohimakumulloh...

Pada hari yang penuh keberkahan ini, mari sejenak kita merenungkan surat al-Tin ayat ke empat:

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

(sungguh aku ciptakan manusia itu dalam kondisi sebaik-baik bentuk)

Ayat di atas memberikan gambaran akan kelebihan dan keistimewaan yang diberikan Allah kepada Kita sebagai manusia, yaitu sebagai makhluk yang paling sempurna bentuknya.

Kesempurnaan kita, tidak hanya sebatas pada bentuk fisik kita, melainkan juga, Allah memberikan keistimewaan berupa akal yang berfungsi untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk; mana yang pantas dan mana yang tidak pantas, mana yang sah dan mana yang batil.

Berkaitan dengan hal ini, Imam Al Ghazali mengkategorikan makhluk Allah itu ada empat macam;

1. Makhluk yang hanya mendapat karunia akal saja, tidak dikaruniai nafsu , itulah para Malaikat.

2. Makhluk yang mendapat karunia nafsu saja, tetapi tidak dikaruniai akal , itulah hewan.

3. Makhluk yang tidak dikaruniai akal, dan tidak dikaruniai nafsu , itulah kayu , batu dan benda benda mati lainnya.

4. Makhluk yang mendapat karunia akal, tetapi juga dikaruniai nafsu, itulah kita manusia.

Akal mempunyai potensi positif. Ia akan mendorong yang siapa yang ditempatinya untuk senantiasa berbuat baik dan mencegahnya dari perbuatan yang tidak baik. Sementara nafsu punya potensi buruk.

Ia akan memprovokasi siapa saja yang ditempatinya untuk cenderung melakukan sesuatu yang menyenangkan tanpa mempertimbangkan apakah itu termasuk perbuatan yang baik atau buruk; haq atau batil dan juga sama sekali tidak mempertimbangkan pantas apa tidak.

Sehingga wajar, kalau malaikat punya kecenderungan untuk selalu berbuat baik, karena ia hanya dianugerahi akal saja.

Pun juga sangat bisa dimaklumi, kalau hewan melakukan sesuatu sesukanya tanpa mempertimbangkan baik buruk, sah atau batal, pantas atau tidak pantas, karena ia hanya diberi nafsu saja oleh Allah.

Dengan demikian kita berbeda dengan malaikat yang hanya dikaruniai akal, berbeda dengan hewan yang hanya dikaruniai nafsu saja. Kita oleh Allah dianugerahi baik akal dan nafsu. Tugas kita adalah mengelola keduanya dengan baik.

Ketika akal dijadikan penuntun, akal dijadikan pengontrol keinginan nafsu, maka manusia akan menjelma sebagai makhluk yang paling mulia, makhluk yang ahsani taqwim sebagaimana surat al-Tin ayat ke empat di atas.

Di dalam Surat an-Nazi’at ayat 40-41 Allah berfirman:

(وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى (41

“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya, “maka sungguh, surgalah tempat tinggal (nya). (ayat 41)”

Kedua ayat di atas dapat diterjemahkan secara secara global bahwa orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dengan melakukan amal saleh dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya dengan menaati ajaran agama, maka sungguh, surgalah tempat tinggal-nya untuk selama-lamanya dengan segala kenikmatan di dalamnya. Itulah anugerah agung Tuhan Yang Maha Pemurah.

Sebaliknya, jika nafsu yang memegang kendali, akal tunduk dengan nafsu, maka yang terjadi adalah manusia lebih jahat, lebih ganas dan lebih buas daripada binatang buas sekalipun.

Makanya Allah menyebut pada Surat al-Tin ayat 5:

(ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ (التين/5

“kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya,”

Di dalam Surat al-A’raf: 179, Allah berfirman:

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آَذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ ( الأعراف / 179

Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka Itulah orang-orang yang lalai.

Ma’asirol Muslimin rahimahullah;

Mari kita senantiasa berusaha, berjuang agar kita bisa mengendalikan hawa nafsu kita, tidak membiarkan diri kita menuruti kata dan keinginan nafsu yang cenderung ingin berbuat yang tidak baik, senang berbuat dosa, maksiat.

Semoga Allah melindungi dan memberkati kita, menjadi orang-orang yang ahsani taqwim, orang yang mulia di hadapan Allah SWT. Amin Ya rabbal alamin.

Semoga kita selalu merasakan kehadiran Allah dalam segala hal yang kita rasakan dan hadapi, dan mudahan kita menjadi hamba-hamba-Nya yang selalu dzikir pada-Nya. Amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُلِلّهِ حَمْدًاكَثِيْرًاكَمَااَمَرَ. وَاَشْهَدُاَنْ لاَاِلهَ اِلاَّللهُ وَحْدَه لاَشَرِيْكَ لَهُ. اِرْغَامًالِمَنْ جَحَدَبِهِ وَكَفَرَ. وَاَشْهَدُاَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُاْلاِنْسِ وَالْبَشَرِ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ مَااتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَاُذُنٌ بِخَبَرٍ

اَمَّا بَعْدُ : فَيَااَ يُّهَاالنَّاسُ !! اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ. وَذَرُوالْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَوَمَابَطَنْ. وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Komitmen takwa kepada Allah SWT hanyalah diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang beriman.

Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa perilaku takwa akan mudah kita raih kalau kita memiliki keimanan yang kuat kepada Allah SWT.

Ketakwaan kepada Allah SWT merupakan bagian dari konsekuensi dari keimanan kita kepada-Nya. Iman tanpa diiringi perilaku takwa, yaitu berupa ihsan, maka sesungguhnya keimanan tersebut tidak sempurna adanya.

Oleh karena itu, marilah terus kita pelihara dan perkuat iman kita, dan selanjutnya diwujudkan dengan ketakwaan kita yang semaksimal mungkin, sesuai batas kemampuan yang kita miliki.

Akhirnya, marilah kita berdo’a kepada Allah SWT, dengan penuh ketundukkan dan kekhusyu’an hati, agar kita senantiasa mendapatkan ampunan, hidayah dan bimbingan-Nya.

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَلَهُ الْحَمْدُ فِي الْآخِرَةِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ اللهم صل وسلم على محمد وعلى آله محمد كما صليت وسلمت على إبراهيم وعلى آله إبراهيم فى العالمين إنك حميد مجيد.

اَللّهُمَّ اغْفِرْلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَاوَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ.

اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْمًا.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى

رَبَّنَااَتِنَافِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَالله اِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِالْعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْىِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوااللهَ الْعَظِيْمِ يذكركم وَاشْكُرُوهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُاللهِ اَكْبَرُ

Demikian teks Khutbah jumat, Menjadi Makhluk Yang Mulia.***

Editor: Abdul Majid

Tags

Terkini

Terpopuler