"Jadi ada kelompok anak-anak yang memang mereka pure 24 jam tinggal di jalanan. Nah ada juga anak-anak yang mereka ini sebetulnya masih dalam pengasuhan orang dewasa, tang mana orang tuanya ini dagang di sekitaran terkenal jadi ada yang pedagang kaki lima ada yang petugas juga," terangnya.
Lebih lanjut, Ghinan tidak menutup bagi masyarakat yang ingin ikut belajar. Rumah Pelangi terbuka juga bagi anak-anak selain anak jalanan untuk belajar bersama.
"Kalau dibilang terbuka untuk anak-anak selain anak jalanan gitu aja terbuka jadi banyak juga kayak masyarakat sekitar gitu ya Yang anak-anaknya pengen ikut belajar di boleh diterima komunitas ini," pungkasnya.
Baca Juga: Mudik Gratis 2024 DKI Jakarta Dibuka Kapan? Cek Jadwal dan Cara Daftarnya di sini
Dalam menjalankan Rumah Pelangi, Ghinan melibatkan volunter yang terbagi menjadi dua kategori, yakni pengurus inti dipanggil Pejuang Matahari, dan volunter bebas yang diberikan masa pengabdian selama tiga bulan.
Salma Nabila, salah satu Pejuang Matahari yang rela mengorbankan dirinya untuk memberikan pendidikan kepada anak jalanan di Kota Bandung.
"Awalnya karena penasaran apa sih Rumah Pelangi, ketika dikenalkan oleh temen saya yang juga sesama Pejuang Matahari, dimana Rumah Pelangi ini adalah tempat belajar dan mainnya anak jalanan," ungkap Salma Nabila.
Baca Juga: Rekomendasi Tempat Ngabuburit di Serang, Cocok Untuk Menunggu Waktu Maghrib
Pada kesempatan yang sama, salah satu anak binaan Rumah Pelangi, Ridwan Firmansyah yang telah bergabung dari tahun 2016 sangat senang hadirnya Rumah Pelangi.
Ridwan mengatakan, Rumah Pelangi ibaratkan sekolah pada umumnya yang mengajarkan dari awalnya tidak bisa menjadi bisa.