Terlalu Mahal, Satu Set Tabung Oksigen Mencapai 6,8 Juta

- 1 Agustus 2021, 18:30 WIB
Satu Set Tabung Oksigen dijual hingga 6,8 Juta
Satu Set Tabung Oksigen dijual hingga 6,8 Juta /Foto: Antara

Pedoman Tangerang - Tarif satu set tabung oksigen terus mengalami peningkatan selama pandemi Covid-19. Di Kabupaten Pekalongan, salah seorang warga membeli satu set oksigen dengan tarif yang sangat tinggi mencapai Rp 6,8 juta untuk ukuran tabung satu kubik.

Peristiwa itu dialami oleh Aji, salah seorang warga Pekalongan pada Senin, 19 Juli 2021. Saat itu, ia membeli satu set tabung oksigen di salah satu apotek untuk perawatan orang tuanya di rumah.

"Ya itu, saya beli di apotek Kajen satu set tabung oksigen ukuran satu kubik dengan harga Rp 6,8 juta," ujar Aji pada Senin 26 Juli 2021 saat wawancara.

Pihak apotek pun mengakui sempat menjual satu set tabung oksigen dengan harga tertinggi pada Senin, 19 Juli lalu. Pemilik apotek tersebut, Yopi Maulana, menyebut harga satu set oksigen sering mengalami naik turun, dan penjualan oksigen dengan harga tinggi dikarenakan pihaknya juga membeli dengan harga tinggi.

"Kita membelinya sudah dengan harga yang tinggi, otomatis kita jual juga tinggi, menyusaikan harga gitu. Sedangkan kalau dapatnya harga murah, nggak mungkin kita jual harga segitu. Kita juga ngga mau memonopoli harga oksigen. Memang itu dari sananya," kata Yopi saat dimintai konfirmasi pada Senin, 26 Juli 2021.

Pihak Pemkab Pekalongan pun mengakui tidak mengetahui harga eceran tertinggi (HET) satu set tabung oksigen. Antara Dinas Kesehatan (Dinkes) Pekalongan dengan Dinas Perindustrian, Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop UKM) saling lempar.

Kepala Disperindagkop UKM Pekalongan, Hurip Budi Riyantini berterus terang tidak mengetahui HET satu set tabung oksigen. Pihaknya beralasan HET oksigen adalah ranahnya Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sebagaimana kebutuhan alat kesehatan dan obat-obatan.

"Untuk O2 (oksigen) dari sisi Kemendag HET maupun distribusinya tidak diatur. Karena bukan merupakan bapokting (bahan kebutuhan pokok dan penting). O2 sebenarnya wewenang Kemenkes, karena itu masuk kategori medis seperti halnya alat kesehatan dan obat," jelas Budi.

Isu satu set tabung oksigen yang dijual seharga Rp 6,8 juta ini menjadi perhatian pihak kepolisian dan kejaksaan. Sejumlah saksi dimintai keterangan termasuk pihak apotek terkait.

Tak hanya polisi dan kejaksaan, Wakil Ketua Komisi II DPRD Pekalongan yang membidangi perekonomian, Candra Saputra berharap aparat mengusut keberadaan mafia di balik mahalnya oksigen ini.

"Kenyataan di lapangan memang harganya tinggi. Coba di cek tempat lain (toko/apotik penyedia), kalau harga sama tinggi, berarti ada yang harus dicari masalahnya, sumbernya kenapa harga begitu tinggi, usut mafianya," Kata Candra Saputra.

Hal serupa pun disampaikan oleh Bupati Pekalongan Fadia Arafiq yang menyebut harga oksigen Rp 6,8 juta itu tidak masuk akal. Pihaknya pun meminta Dinkes Pekalongan untuk turun tangan memantau harga eceran di wilayah tersebut.

"Saya minta pada seluruh pihak terkait, khususnya kepala Dinkes diimbau untuk mengawasi semua penjual yang memasang harga sangat tinggi, yang tidak masuk akal, kita bisa tindak tegas. Harga sebenarnya sudah ada standarnya mengikuti dari pusat," kata Fadia Arafiq.

Kapolres Pekalongan AKBP Darno menjelaskan jika harga satu set oksigen satu kubik mahal itu wajar saat ini. Sebab, menurutnya tidak ada HET yang ditentukan dari pusat. Namun, pihaknya sudah memeriksa pihak apotek maupun dari distributor.

"Kalau kita melihat dari struk ataupun jumlah nominal yang ada, itu merupakan hal yang wajar. Karena HET (Harga Eceran Tertinggi), tidak diatur itu. Kalau HET-nya diatur baru bisa dianggap sebagai pelanggaran karena melampaui HET," terang AKBP Darno.

Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Iqbal Alqudusy setelah mengonfirmasi pada pihak terkait, ia menjelaskan harga satu unit oksigen dengan harga Rp 4,5 juta dan satu unit regulator harga Rp 2,1 juta. Harga satu set itu, kemudian di apotek dijual Rp 6,8 juta.

"Jadi harga itu berasal dari distributor di Jakarta, kemudian masuk ke agen, dan pindah ke agen lagi baru ke apotek. Selisihnya Rp 200 ribu," ucapnya.***

Editor: Alfin Pulungan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah