Muslim Rohingya Makin Sengsara Pasca Kudeta Militer Myanmar

- 7 Januari 2022, 11:30 WIB
Muslim Rohingya Makin Sengsara Pasca Kudeta Militer Myanmar
Muslim Rohingya Makin Sengsara Pasca Kudeta Militer Myanmar /Foto: Tangkapan layar YouTube Al-Jazeera

Pedoman Tangerang - Pada awal Agustus, para pejabat militer yang ditugaskan ke Negara Bagian Rakhine oleh para jenderal militer Myanmar memanggil para pemimpin dari komunitas Rohingya yang mayoritas Muslim di Buthidaung ke sebuah pertemuan di tepi Sungai Mayu.

Para pejabat datang dengan peringatan: penduduk desa Rohingya harus memutuskan hubungan dengan Tentara Arakan (AA), sebuah kelompok pemberontak bersenjata yang berjuang untuk penentuan nasib sendiri bagi etnis minoritas di barat laut negara itu.

"Saat ini kami berpartisipasi bersama-sama dalam pemerintahan AA. Karena AA bertindak dengan kesetaraan dan hukum untuk kita semua,” kata seorang administrator kota Rohingya di Buthidaung, dikutip dari Aljazeera, Jumat, 7 Januari 2022.

Di tengah kekhawatiran bahwa krisis politik yang dipicu oleh kudeta militer 1 Februari dapat berujung pada perang saudara, minoritas Rohingya yang tertindas di negara itu tampak rentan sekali lagi.

Baca Juga: Tolak Junta Ndableg, DPR Dukung ASEAN Ambil Sikap Tegas terhadap Rezim Myanmar

Pada November tahun lalu, ada penangkapan massal terhadap Rohingya yang mencoba meninggalkan Rakhine, pembatasan baru yang kejam terhadap kebebasan bergerak mereka, serta intimidasi dari pejabat militer tentang bahaya berkolaborasi dengan pemberontak Tentara Arakan.

“Saat ini kotapraja kami stabil, tetapi kami tidak tahu kapan pertempuran akan dimulai sehingga kami selalu hidup bersama dalam ketakutan,” kata seorang warga Rohingya berusia 47 tahun dari kotapraja Buthidaung, yang tidak bersedia disebutkan namanya karena takut ditangkap.

Sudah lama menjadi ilegal bagi Rohingya untuk bepergian ke luar negara bagian dengan mereka yang melanggar aturan berisiko mendapatkan hukuman penjara dua tahun. Tetapi situasi yang memburuk membuat mereka lebih banyak untuk mencobanya.

Pada akhir November, angkatan laut Myanmar menyita sebuah kapal di dekat Sittwe yang sedang melakukan perjalanan dari Maungdaw ke Malaysia, menangkap lebih dari 200 orang Rohingya yang berada di dalamnya, termasuk 33 anak-anak.

Halaman:

Editor: Muhammad Alfin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x