Nilai Tukar Petani: Antara Angan dan Kenyataan

- 20 Agustus 2022, 12:00 WIB
Ilustrasi petani
Ilustrasi petani /Pixabay/aamiraimer/

Pedoman Tangerang – Peneliti Bidang Ekonomi, The Indonesian Institute, Nuri Resti Chayyani, bersama dengan Mujahid Widian, Ketua Departemen Kajian Strategis, Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Serikat Petani Indonesia, menyoroti kondisi Nilai Tukar Petani (NTP) yang penuh dinamika sejak awal tahun 2022 dalam program Policy Talks yang diselenggarakan di siaran langsung Instagram, Kamis, 18 Agustus 2022.

Dinamika NTP yang merupakan cerminan dari kesejahteraan petani, nyatanya belum mewakili kondisi sesungguhnya di lapangan. 

Nuri memantik diskusi dengan menyebutkan bahwa secara keseluruhan NTP Indonesia mengalami peningkatan secara _month to month_ yang didominasi oleh subsektor hortikultura dan peternakan. Peningkatan NTP tersebut juga dipengaruhi oleh peningkatan harga komoditas global.

“NTP merupakan kondisi yang menggambarkan perbandingan antara harga yang diterima petani sebagai produsen dengan harga yang dibayarkan petani sebagai konsumen. NTP di Indonesia mengalami tren positif atau merangkak naik, walaupun sempat terjadi penurunan di bulan April-Mei, tetapi di bulan selanjutnya kembali naik. Semakin tinggi NTP, maka semakin bahagia dan sejahtera petani,” ujar Nuri.

Sebagai aktivis petani yang menyuarakan kondisi sesungguhnya di lapangan, Mujahid Widian menyatakan bahwa NTP memang menjadi tolok ukur pemerintah dalam melihat kesejahteraan petani. Walaupun demikian, penting untuk mengkaji ulang terkait NTP karena tidak mencerminkan keadaan sesungguhnya. 

“Walaupun secara keseluruhan mengalami tren yang positif, namun peningkatan tersebut hanya didominasi oleh hortikultura dan peternakan. Sementara itu, subsektor tanaman pangan, perkebunan rakyat, dan perikanan nilainya mengalami penurunan,” ujar Ketua Departemen Kajian Strategis DPP SPI tersebut. 

Lebih lanjut, Mujahid mengatakan dinamika tersebut juga dipengaruhi oleh faktor cuaca dan implementasi kebijakan pemerintah di lapangan, seperti pemberian subsidi pupuk.

Pemerintah masih terfokus pada data petani yang tercatat di Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), sedangkan masih banyak petani lain yang tergabung dalam organisasi petani masyarakat lainnya. Imbasnya, kebijakan untuk peningkatan kesejahteraan petani belum maksimal terlaksana dan merata.

Selain itu, penghargaan yang diberikan untuk Indonesia dari International Rice Research Institute (IRRI) karena telah swasembada beras patut diapresiasi.

Halaman:

Editor: R. Adi Surya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x