Indonesia Surplus Beras Kok Malah Impor? Peneliti: Aneh

15 Februari 2023, 06:00 WIB
Surplus Beras Kok Malah Impor Peneliti: Aneh /Foto: bulog.co.id.

 

Pedoman Tangerang - Hasil data dari Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik (BPS) produksi beras di dalam negeri sudah cukup bahkan dinyatakan surplus.

Data yang dirilis oleh Survei Cadangan Beras Nasional, mencatat penghitungan ketersediaan cadangan beras dari tingkat rumah tanga, perindutrian, perhotelan hingga restoran.

Pada periode 31 Maret 2022 Deputi Statistik Produksi BPS, Habibullah mengatakan stok beras mencapai 9,11 juta ton beras. 

Lalu pada tanggal 30 April periode 2022 meningkat menjadi 10,15 juta ton beras dan stok pada akhir Juni setelah pasca Lebarab menjadi 9,71 juta ton beras.

Habibullah mengatakan, secara umum rata-rata stok beras di seluruh institusi cenderung mengalami peningkatan pada periode 30 April 2022. 

Peneliti Celios, Muhammad Andri Perdana, mengatakan, adanya keanehan jika Kementerian Pertanian dan BPS mempunyai data cukup dan bisa Surplus tapi kok malah import.

“Bulog tahun kemarin penyerapanya sangat rendah yang mana bisa dikatakan aneh. Padahal menurut data BPS dan Kementan harusnya produksi dalam negeri kita sudah cukup bahkan surplus, tapi nyatanya Bulog kesulitan untuk menyerap stok CBP yang akhirnya memaksa kita untuk impor beras.

Diketahui Jokowi mengadakan rapat terbatas di Istana pada Selasa, 31 Januari lalu, bersama Dirut Perum Bulog Budi Waseso, Menteri Pedagangan Zulkifli Hasan, dan Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi. 

Jokowi memerintahkan Bulog untuk memasifkan program Stabilisasi Pasokan dan Harga pangan (SPHP) atau dikenal dengan operasi pasar di seluruh wilayah Indonesia.

Seperti di Indramayu, menurut data Kementan terdapat 100 ribu ton pasokan beras namun Bulog hanya mendapatkan 20 ribu ton

“Misalnya saat kemarin ditanya oleh DPR, Data Kementan harusnya 100 ribu ton di Indramayu, tapi Bulog Cuma mendapatkan 20 ton. Ini kenapa? Apakah berasnya sudah di beli spekulan seluruhnya atau Bulog telat menyerap panen sehingga petani harus menjual ke bandar?,” Kata kata Muhammad Andri peneliri Celios.

Pada bulan Maret-Mei periode 2022 para petani kesulitan untuk menjual hasil tani panenya. Diketahui harga gabah anjlok di daerah-daerah Indonesia.

“Ini seharusnya yang menjadi pertanyaan dan evaluasi bagi Bulog karena rendahnya stok akibay sedikitnya penyerapan ini, ujung-ujungnya jadi alasan bagi pemerintah untuk menambah impor, yang pada akhirnya menurunkan harga jual gabah di level petani dan semakin memberatkan petani,” kata Muhammad Andri.

Petani semakin sulit untuk menjual harga gabah yang menyusut, serta melemahkan produksi pertanian di dalam negeri.

“Ini membuat regenerasi petani kita semakin menyusut. Pada akhirnya ini dapat melemahkan produksi dalam negeri dan melemahkan ketahanan pangan kita. Jadi pertanyaanya ada di Bulog, kenapa stoknya bisa sampai sangat tipis di akhir tahun?,” Kata Muhammad Andri peneliti Celios.***

Editor: R. Adi Surya

Tags

Terkini

Terpopuler