Harga Beras Tinggi, Pengamat Kritisi Kegagalan Bulog Serap Beras Petani

9 Februari 2023, 08:00 WIB
Ilustrasi beras Bulog. /Foto: Antara.

Pedoman Tangerang - Kenaikan harga beras saat ini cukup mengkhawatirkan masyarakat.

Hampir di seluruh daerah di Indonesia mengalami kenaikan harga beras. Hal ini ditakutkan bakal menganggu perekonomian masyarakat lemah yang bergantung pada beras sebagai bahan pangan pokok.

Meski Dirut Bulog, Budi Waseso (Buwas) sudah mengimpor 500 ribu ton beras dari Thailand, namun harga beras dipasaran masih sangat liar bahkan per 7 Februari harga beras naik kembali.

Berdasarkan Panel Harga Badan Pangan Nasional, harga beras premium pada Selasa, naik 0,15 persen menjadi Rp13.330 per kilogram dibanding minggu lalu. Kemudian beras medium naik 0,09 persen menjadi Rp11.690 per kilogram.

Harga ini melampau harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp9.450 per kilogram.

Menjawab hal ini, Muhammad Andri Perdana, peneliti ekonomi pangan CELIOS mengatakan kenaikan harga beras saat ini sangat disayangkan.

Andri mengkritik peran Bulog yang tak mampu mengelola tata niaga beras dan menyerap beras dari Petani.

"Bulog tahun kemarin penyerapannya sangat rendah yang mana bisa dikatakan aneh. Padahal menurut data BPS dan Kementan harusnya produksi dalam negeri kita sudah cukup bahkan surplus, tapi nyatanya Bulog kesulitan untuk menyerap stok CBP yang akhirnya memaksa kita untuk impor beras," kata Andri ketika diwawancarai pada 4 Februari 2022.

Andri juga mengatakan bahwa menurut data yang terdapat di Kementan, terdapat 100 ribu ton beras di Indramayu, namun sayangnya Bulog hanya menyerap 20 ton saja. Kejanggalan ini yang dipertanyakan Andri.

"Misalnya saat kemarin Bulog ditanya oleh DPR, menurut data Kementan harusnya ada 100 ribu ton di Indramayu, tapi Bulog cuma mendapatkan 20 ton. Ini kenapa? Apakah berasnya sudah dibeli spekulan seluruhnya atau Bulog telat menyerap panen sehingga petani harus menjual ke bandar?" Katanya.

"Ini seharusnya yang menjadi pertanyaan dan evaluasi bagi Bulog karena rendahnya stok akibat sedikitnya penyerapan ini ujung-ujungnya jadi alasan bagi pemerintah untuk menambah impor, yang pada akhirnya menurunkan harga jual gabah di level petani dan semakin memberatkan petani. Ini membuat regenerasi petani kita semakin sulit dan membuat lahan pertanian kita semakin menyusut. Pada akhirnya Ini dapat melemahkan produksi dalam negeri dan melemahkan ketahanan pangan kita," tambah Andri 

Ketika ditanya mengenai kesimpangsiuran data produksi beras di Indonesia, Andri yakin bahwa stok beras di Indonesia sudah mencukupi.

Peneliti muda itu juga melihat bahwa Indonesia justru mengalami surplus beras pada akhir tahun kemarin dan diperkirakan mencapai 101% dari target yang ingin dicapai Pemerintah.

"Tahun kemarin, produktivitas padi kita itu mencapai 101,61 persen atau 55,44 juta ton dari target 54,56 juta ton. Dan seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, bahkan di pertengahan tahun petani mengalami kesulitan untuk menjual hasil taninya sampai-sampai harga gabah sempat anjlok di berbagai daerah. Jadi pertanyaannya ada di Bulog, kenapa stoknya bisa sampai sangat tipis di akhir tahun?" Pungkasnya.***

 

Editor: R. Adi Surya

Tags

Terkini

Terpopuler