Pedoman Tangerang - Masyarakat dibuat heboh dengan kabar eks Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab menyuarakan dari dalam jeruji besi agar Presiden Joko Widodo (Jokowi) wajib turun bulan depan, yakni pada 2 Desember 2021.
Selain hal tersebut Habib Rizieq meminta agar umat muslim seluruh Indonesia juga mewajibkan Jokowi turun bulan depan.
Kabar tersebut viral, setelah kanal YouTube Teropong Politik mengunggah video berjudul "KABAR TERBARU HARI INI ~ SERUAN UMAT ISLAM SELURUH INDONESIA, 2 DESEMBER 2021 JKW WAJIB TURUN !!!".
Di gambar thumbnail video tersebut terlihat Habib Rizieq tengah memegang mikrofon sambil diduga sedang menyuarakan orasi namun Joko Widodo dan Megawati yang berada dihadapannya hanya terdiam.
Baca Juga: Tes Swab Dikabarkan Sudah Ada Sejak Zaman Mesir Kuno, Agar Budak Patuh? Cek Faktanya
Adapun sejumlah narasi yang dibagikan sebagai berikut:
"SIAP PUTIHKAN TANAH JAKARTA
SERUAN HRS DARI PENJARA
2 DESEMBER 2021, JKW WAJIB TURUN," tulis kanal YouTube Teropong Politik.
Namun setelah ditelusuri Pedoman Tangerang, klaim yang mengatakan bahwa Habib Rizieq Shihab menyuarakan dari dalam jeruji besi agar Presiden Joko Widodo (Jokowi) wajib turun bulan depan, yakni pada 2 Desember 2021 adalah tidak benar.
Di dalam video berdurasi 11 menit 34 kanal YouTube Teropong Politik berisi cuplikan komentar para tokoh terkait reuni Persaudaraan Alumni (PA) 212 yang rencananya akan diadakan pada Desember 2021 mendatang, salah satunya adalah Pegiat media sosial Denny Siregar.
Baca Juga: Niat Jahat Terhendus, Reuni PA 212 Dikabarkan Disponsori Oleh Tommy Soeharto? Begini Penjelasannya
Sebagai informasi, sebelumnya Wasekjen PA 212 Novel Bakmumin mengungkapkan bahwa pihaknya akan menggelar reuni akbar pada 2 Desember 2021 mendatang.
Novel Bakmumin mengatakan, reuni PA 212 akan diadakan di Monas, Jakarta Pusat.
Meski begitu, dia belum dapat menjelaskan terkait detail acara reuni PA 212.
Berdasarkan analisa di atas, maka dapat disimpulkan bahwa klaim yang beredar adalah tidak
Video tersebut termasuk ke dalam fabricated content, di mana seratus persen isinya tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.***